STRATEGI DAN IMPLEMENTASI PEMUPUKAN RASIONAL SPESIFIK LOKASI

Suyamto
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Jalan Merdeka No. 147, Bogor 16111
Telp. (0251) 8334089, Faks. (0251) 8331718
e-mail: puslitbangtan@litbang.deptan.go.id


PENDAHULUAN
Pertambahan penduduk menuntut pemenuhan kebutuhan pangan dan hasil-hasil pertanian lainnya yang semakin meningkat. Luas lahan yang relatif tetap, bahkan cenderung terus menurun, belum diimbangi oleh penambahan luas lahan pertanian yang memadai. Upaya peningkatan produksi pangan masih bertumpu pada peningkatan produktivitas per satuan luas lahan. Salah satu faktor kunci dalam peningkatan produktivitas adalah penggunaan pupuk, terutama pupuk buatan. Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat rata-rata 16%/tahun (Manwan dan Fagi 1989), bahkan akhir-akhir ini meningkat lebih besar lagi. Sebagian besar pupuk digunakan untuk tanaman pangan, terutama padi sawah sebesar 72%, palawija 13%, dan sisanya untuk tanaman lain (Kasryno 1986). Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) merupakan tiga unsur makro yang sering ditambahkan ke dalam tanah melalui pupuk buatan. Banyak daerah telah mengalami kekahatan sulfur (S) dan seng (Zn), namun belum mendapat perhatian yang memadai.

Penggunaan pupuk yang efisien dan efektif harus memenuhi kriteria tepat jenis dan tepat dosis. Untuk mencapai efisiensi pemupukan yang tinggi, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: (1) jenis tanaman dan kebutuhan akan hara untuk mencapai hasil yang optimal; (2) tingkat ketersediaan hara dalam tanah; dan (3) bentuk pupuk serta cara dan waktu pemberian yang tepat (Suyamto 1993). Tingkat ketersediaan hara dalam tanah mencerminkan tingkat kesuburan tanah dan berkolerasi sangat positif dengan hasil tanaman yang diusahakan. Sementara itu, tingkat kesuburan tanah berkorelasi negatif dengan tingkat pemberian pupuk, artinya makin tinggi kesuburan tanah akan makin rendah pupuk yang diberikan dan bahkan tidak perlu lagi penambahan pupuk (Tisdale dan Nelson 1975).

Pada tanah tanah dengan tingkat ketersediaan P sedang hingga tinggi, tanaman padi sawah tidak respons terhadap pemupukan P (Suyamto et al. 1990). Hasil penelitian lain menganjurkan pemberian pupuk pada padi atas dasar kandungan P dalam tanah, yaitu: (1) bila P tanah rendah, diberikan 125 kg TSP/ha pada setiap musim tanam; (2) bila P tanah sedang, ditambah 75 kg TSP/ha/dua musim tanam; dan (3) bila P tanah tinggi, dipupuk 50 kg TSP/ha/empat musim tanam (Sri-Rochayati et al. 1991). Dalam hal pemupukan K, tanaman padi sering tidak respons terhadap pemupukan K, terutama pada daerah-daerah dengan kandungan K tanah tinggi (Sri-Adiningsih dan Soepartini 1995). Sebaliknya pada tanah-tanah Vertisol dan Alfisol yang mempunyai kandungan K rendah, tanaman pangan semusim cukup respons terhadap pemberian pupuk K (Sumarno dan Suyamto 1991; Suyamto et al. 1991; Suyamto dan Sumarno 1991; Suyamto 1998).

selengkapnya http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/ip034105.pdf

Komentar