Pengembangan Bioenergi Penentu Kinerja Pembangunan Pertanian

Pengembangan bioenergi ke depan akan menjadi salah satu faktor penentu yang signifikan bagi kinerja pembangunan pertanian dan kesejahteraan petani secara umum. Bioenergi merupakan sumber energi alternatif, terbarukan dan seharusnya menjadi masa depan di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA yang juga Dewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF, Prof. Dr. Bustanul Arifin pada Acara Seminar Nasional “Era Pembangunan Pertanian : Strategi Mengatasi Masalah Pangan, Bioenergi dan Perubahan Iklim”, di Bogor, Jawa Barat.
Bustanul mengatakan, harga-harga komoditas pangan dan pertanian akan ditentukan oleh fluktuasi harga minyak mentah dunia, perkembangan (spekulasi) di pasar modal dan bursa komoditi. Demikian pula, harga-harga yang cenderung meningkat ini juga akan menentukan pola permintaan dan penawaran pangan dan produk pertanian lainnya, termasuk kebijakan dan struktur perdagangan global.
Sebagai contoh kasus, imbuh Bustanul, pada tahun 2005 Indonesia mengalami kesulitan ekonomi cukup besar ketika harga minyak bumi dunia menyentuh US$ 120 per barrel dan pemerintah harus menaikkan harga eceran bahan bakar minyak (BBM) karena angka subsidi yang harus dikurangi untuk menjaga stabilisasi anggaran negara.
Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2011, subsidi energi mencapai Rp. 144 trilyun, yang terdiri dari subsidi BBM Rp 89 triliun dan subsidi listrik Rp. 54 triliun. Pada tahun 2011 nanti, Pemerintah berencana mengurangi subsidi energi menjadi Rp 133 triliun dengan konsekuensi bahwa harga eceran BBM kembali akan dinaikkan atau kelompok penghasilan menengah-tinggi tidak harus menikmati subsidi BBM.
“Dalam konteks konsumsi dan subsidi energi ini, pengurangan konsumsi energi tidak terbarukan sebesar 10 persen saja, maka pengembangan energi terbarukan dapat menghemat devisa negara sampai Rp. 100 triliun. Dengan kata lain, pengembangan energi terbarukan dan bioenergi dapat mengurangi ketergantungan pada impor minyak bumi, dan seharusnya mampu berkontribusi pada kesehatan anggaran negara,” jelas Bustanul.

www.sinartani.com

Komentar